Tragedi Terbesar Sejak Perang Dunia Kedua
TSUNAMI JEPANG/IST |
RMOL. Gempa
bumi dan tsunami yang terjadi di Jepang, ditambah dengan meledaknya
PLTN Fukushima-1 Daiichi merupakan tragedi terbesar “Negeri Matahari
Terbit” sejak Perang Dunia Kedua.
Di pesisir utara dan timur Jepang terus ditemukan banyak mayat, yang merupakan korban gempa bumi dan tsunami. Selanjutnya bencana alam tersebut menyebabkan meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima-1 Daiichi yang ada di Negeri Sakura itu.
“Tingkat radiasi di beberapa daerah di Jepang puluhan kali di atas batas normal,” ungkap Eugene Lukyanitsa, wartawan Rusia dalam laporannya di Komsomolskaya Pravda (Selasa, 15/3).
Jika para teknisi PLTN Fukushima-2 dan Onagave bisa menjaga situasi pembangkit listrik dibawah kontrol mereka, lanjut Eugene Lukyanitsa, tetapi tidak demikian halnya di PLTN "Fukushima-1" di mana beberapa reaktornya mengalami kerusakan serius.
"Jadi, tidak kebetulan, jika pemerintah Jepang telah meminta bantuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk mengatasi musibah yang terjadi," tegas Eugene.
Di bawah ini adalah kronologi musibah di PLTN Fukushima-1 Daiichi:
11 Maret. Sistem pendingin reaktor pertama "Fukushima-1" mengalami kerusakan. Suhu dan tekanan dalam PLTN tersebut meningkat dengan tajam.
12 Maret. Pukul 17.00 waktu setempat telah terjadi ledakan hebat, sehingga beton penutup reaktor hancur. Gumpalan asap radioaktif tampak naik ke atas bangunan PLTN Fukushima-1. Akibat ledakan tersebut secara resmi dikabarkan 4 orang mengalami luka-luka.
14 Maret. Pada pukul 11.01 waktu setempat, reaktor 3 di PLTN Fukushima-1 meledak, bahan bakar di dalamnya tidak bisa lagi didinginkan. Beberapa menit kemudian terjadi ledakan yang kedua.
15 Maret. Pada pukul 6.14 waktu setempat, dilaporkan reaktor 2 meledak. Alasannya sama, yakni cairan untuk pendingin dalam reaktor habis. Sebagai hasilnya lapisan reaktor bagian bawah mengalami kerusakan.
15 Maret. Pada pukul 9.38 waktu setempat, terjadi kebakaran dalam bangunan reaktor-4 PLTN Fukushima-1. Di bagian bangunan yang mengalami kerusakan, tingkat radiasi meningkat.
15 Maret. Pada pukul 15,50 waktu setempat, tempat penyimpanan limbah nuklir PLTN Fukushima-1 terbakar. Kebakaran tersebut bisa cepat dipadamkan. Namun akibatnya, konsentrasi radioaktif dalam udara di atas PLTN tersebut sekitar 1000 kali melebihi batas normal. Pemerintah Jepang praktis mengakui, bahwa radiasi tersebar dari empat reaktor PLTN Fukushima-1. Dan gumpalan awan radioaktif mulai bergerak ditiup angin menuju Tokyo.
Di pesisir utara dan timur Jepang terus ditemukan banyak mayat, yang merupakan korban gempa bumi dan tsunami. Selanjutnya bencana alam tersebut menyebabkan meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima-1 Daiichi yang ada di Negeri Sakura itu.
“Tingkat radiasi di beberapa daerah di Jepang puluhan kali di atas batas normal,” ungkap Eugene Lukyanitsa, wartawan Rusia dalam laporannya di Komsomolskaya Pravda (Selasa, 15/3).
Jika para teknisi PLTN Fukushima-2 dan Onagave bisa menjaga situasi pembangkit listrik dibawah kontrol mereka, lanjut Eugene Lukyanitsa, tetapi tidak demikian halnya di PLTN "Fukushima-1" di mana beberapa reaktornya mengalami kerusakan serius.
"Jadi, tidak kebetulan, jika pemerintah Jepang telah meminta bantuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk mengatasi musibah yang terjadi," tegas Eugene.
Di bawah ini adalah kronologi musibah di PLTN Fukushima-1 Daiichi:
11 Maret. Sistem pendingin reaktor pertama "Fukushima-1" mengalami kerusakan. Suhu dan tekanan dalam PLTN tersebut meningkat dengan tajam.
12 Maret. Pukul 17.00 waktu setempat telah terjadi ledakan hebat, sehingga beton penutup reaktor hancur. Gumpalan asap radioaktif tampak naik ke atas bangunan PLTN Fukushima-1. Akibat ledakan tersebut secara resmi dikabarkan 4 orang mengalami luka-luka.
14 Maret. Pada pukul 11.01 waktu setempat, reaktor 3 di PLTN Fukushima-1 meledak, bahan bakar di dalamnya tidak bisa lagi didinginkan. Beberapa menit kemudian terjadi ledakan yang kedua.
15 Maret. Pada pukul 6.14 waktu setempat, dilaporkan reaktor 2 meledak. Alasannya sama, yakni cairan untuk pendingin dalam reaktor habis. Sebagai hasilnya lapisan reaktor bagian bawah mengalami kerusakan.
15 Maret. Pada pukul 9.38 waktu setempat, terjadi kebakaran dalam bangunan reaktor-4 PLTN Fukushima-1. Di bagian bangunan yang mengalami kerusakan, tingkat radiasi meningkat.
15 Maret. Pada pukul 15,50 waktu setempat, tempat penyimpanan limbah nuklir PLTN Fukushima-1 terbakar. Kebakaran tersebut bisa cepat dipadamkan. Namun akibatnya, konsentrasi radioaktif dalam udara di atas PLTN tersebut sekitar 1000 kali melebihi batas normal. Pemerintah Jepang praktis mengakui, bahwa radiasi tersebar dari empat reaktor PLTN Fukushima-1. Dan gumpalan awan radioaktif mulai bergerak ditiup angin menuju Tokyo.
15
Maret. Pukul 17.00 waktu setempat. Tingkat radiasi di ibukota Jepang
disinyalir 40 kali di atas norma! Perdana Menteri Jepang mengatakan
tingkat radiasi ini sangat tinggi dan berbahaya. Tingkat radiasi juga
masih bisa naik. Sehubungan
dengan itu, pemerintah Jepang telah mulai memasok tablet kalium ioda
untuk mencegah kemungkinan berjangkitnya penyakit akibat tingginya
radiasi dalam udara di atas Tokyo.